“Burdatul Al-Mukhtar”


“Burdatul Al-Mukhtar
                                                                             Karya : AL-IMAM AL-BUSHIRI

Ya Allah Tuhanku, limpahkan rahmat dan salam abadi selalu atas kekasih-Mu sebaik-baik seluruh makhluk
Apakah karena ingat tetangga di negeri Dzi salam sana. Engkau deraikan air mata bercampur darah luka
Ataukah karena hembusan angin terarah lurus dari jalan Kazhimah. Dan kilatan cahaya gulita malam dari kedalaman jurang idham
Kenapa kedua matamu tetap meneteskan air mata? Padahal engkau telah berusaha memendungnya. Dan kenapa hatimu senantiasa gundah gulana? Padahal engkau telah menghiburnya. Apakah orang yang dimabuk cinta menyangka bahwa api cinta dapat ditutupi nyalanya. Diantara tetesan air mata dan hati yang terbakar membara? Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu tak mungkin engkau mencucurkan air matamu. Merepati puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon Ban dan gunung yang kau rindu
Bagaimana kau dapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya. Berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara
Duka nestapa telah membentuk dua garisnya isak tangis dan sakit lemah tak berdaya. Bagai mawar kuning dan merah yang melekat pada pipi dua
Memang benar bayangan orang yang kucinta selalu hadir membangunkan tidurku untuk terjaga. Dan memang cinta sebagai penghalang bagi si empunya antara dirinya dan kelezatan cinta yang berakhir derita
Wahai pencaci derita cinta Udzrahku, kata maaf kusampaikan padamu. Aku yakin, andai kau rasakan cinta ini, tak mungkin engkau mencaci maki
Keadaanku telah sampai padamu, tiada lagi rahasiaku yang tersimpan darimu. Dari orang yang suka mengadu domba, dan derita cintaku tiada kunjung sirna. Engkau begitu ikhlas memberi nasehat diriku, tetapi aku tak mampu mendengarkan saran itu. Karena sesungguhnya orang yang dimabuk cinta, tuli dan tak mengubris cacian si pencela
Sesungguhnya aku curiga pada ubah pemberi saran, curiga pada saran yang disampaikan. Padahal ubah di kepala dalam memberi saran, jauh dari hal-hal yang mencurigakan. Sungguh nafsu amarahku pada nasehat tak terima, karena berangkat dari ketidak tahuannya. Adanya peringatan berupa uban di kepala, dan ketidakberdayaan tubuh akibat umur senja
Nafsu amarahku tak mau bersiap-siap diri, dengan mengerjakan amal baik yang bernilai. Untuk menyambut kedatangan tamu yang pasti, tamu yang singgah di kepala nan tiada malu lagi. Jikalau baik kusembunyikan dirku, dengan cara menyemir uban di kepalaku
Siapakah gerangan? Sanggup mengendalikan nafsuku dari kesesatan. Sebagaimana kuda liar terkandalikan, dengan tali kekangan. Jangan kau harap waktu sesaat , dapat dapat mematahkan nafsu dengan maksiat. Karna makanan justru bisa perkuat , bagi si rakus makanan lezat
Nafsu itu bagai bayi, bila kau biarkan akan tetap menyusu tiada henti. Namun bila kau sapih itu bayi, maka ia akan berhenti sendiri maka palingkanlah nafsumu dari kesenangan, takutlah jangan sampai ia memiliki kekuasaan. Sesungguhnya nafsu jikalau berkuasa, maka akan membunuhmu dan membuatmu cela
Jagalah hawa nafsumu, ia bagai ternak dalam kebaikan. Jika ia merasa nyaman dalam kebaikan itu, maka tetap jaga dan jangan biarkan. Betapa banyak kelezatan, justru bagi seseorang mambawa kematian. Karena tiadanya pengertian, bahwa racun tersimpan dalam makanan
Waspadailah diri, terhadap tipu dayanya lapar dan kenyang. Sebab sering terjadi, rasa lapar lebih buruk daripada kenyang. Cucurkanlah air mata, dari kelopak mata yang penuh noda dosa. Tetaplah dan pelihara, rasa sesal dan kecewa
Lawanlah hawa nafsu dan setan durjana! Durhakalah pada keduanya. Jika mereka tulus menasehati, maka engkau harus mencurigai janganlah engkaut taat kepada mereka berdua, baik selaku musuh atau selaku hakim. Sebab engkau sudah tahu dengan nyata, bagaimana tipu daya musuh dan hakim

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukum Istihza' Bid Din (Memperolok Agama)

Hubungan Kerja IQ, EQ, dan SQ